Fasal Istia’dzah
Isti'adzah
artinya memohon perlindungan kepada Allah dan bernaung di bawah lindungan-Nya
dari kejahatan semua makhluk yang jahat. Pengertian meminta perlindungan ini adakalanya
dimaksudkan untuk menolak kejahatan dan adakalanya untuk mencari kebaikan,
seperti pengertian yang terkandung di dalam perkataan Al-Mutanabbi (salah
seorang penyair), yaitu:
يَا مَنْ أَلُوذُ بِهِ فِيمَا
أُؤَمِّلُهُ ... وَمَنْ أَعُوذُ بِهِ مِمَّنْ
أُحَاذِرُهُ
لَا يَجْبُرُ النَّاسُ عَظْمًا أَنْتَ
كَاسِرُهُ ... وَلَا يَهِيضُونَ عَظْمًا أَنْتَ
جابره
Wahai orang yang aku berlindung
kepadanya untuk memperoleh apa yang aku cita-citakan, dan wahai orang yang aku
berlindung kepadanya untuk menghindar dari semua yang aku takutkan. Semua orang
tidak akan dapat mengembalikan keagungan (kebesaran) yang telah engkau
hancurkan, dan mereka tidak dapat menggoyahkan kebesaran yang telah engkau
bangun.
Makna
a'uzu billahi minasy syaitanir rajim adalah "aku berlindung di
bawah naungan Allah dari godaan setan yang terkutuk agar setan tidak dapat
menimpakan mudarat pada agamaku dan duniaku, atau agar setan tidak dapat
menghalang-halangi diriku untuk mengerjakan apa yang.diperintahkan kepadaku,
atau agar setan tidak dapat mendorongku untuk mengerjakan hal-hal yang dilarang
aku mengerjakannya".
Sesungguhnya
tiada seorang pun yang dapat mencegah setan terhadap manusia kecuali hanya
Allah. Karena itu, Allah Swt. memerintahkan agar kita bersikap diplomasi
terhadap setan manusia dan berbasa-basi terhadapnya dengan mengulurkan kebaikan
kepadanya dengan tujuan agar ia kembali kepada wataknya yang asli dan tidak
mengganggu lagi. Allah memerintahkan agar kita meminta perlindungan kepada-Nya
dari setan yang tidak kelihatan, mengingat setan yang tidak kelihatan itu tidak
dapat disuap serta tidak terpengaruh oleh sikap yang baik, bertabiat jahat
sejak pembawaan, dan tiada yang dapat mencegahnya terhadap diri kita kecuali
hanya Tuhan yang menciptakannya.
Demikian
pengertian yang terkandung di dalam ketiga ayat Al-Qur'an. yang sepengetahuanku
tidak ada ayat keempat yang semakna dengannya, maka firman Allah swt. dalam
surat Al-A'raf:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجاهِلِينَ
Jadilah
engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah
dari orang-orang yang bodoh.
(Al-A'raf: 199)
Hal
ini berkaitan dengan sikap terhadap musuh yang terdiri atas kalangan
manusia. Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ
الشَّيْطانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan
jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-A'raf: 200)
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِما يَصِفُونَ. وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ
هَمَزاتِ الشَّياطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
Tolaklah
perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik, Kami lebih mengetahui apa yang
mereka sifatkan. Dan katakanlah.”Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari
bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Tuhanku,
dari kedatangan mereka kepadaku."
(Al-Mu’minun: 96-98)
وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا
السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ
وَبَيْنَهُ عَداوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ. وَما يُلَقَّاها إِلَّا الَّذِينَ
صَبَرُوا وَما يُلَقَّاها إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ. وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ
الشَّيْطانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar.
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 34-36)
Kata
syaitan menurut istilah bahasa berakar dari kata syatana (شَطَنَ)
, artinya "apabila jauh". Watak setan memang jauh berbeda dengan
watak manusia; dengan kefasikannya, setan jauh dari semua kebaikan.
Menurut
pendapat lain ia berakar dari kata syata (شَاطَ), karena ia diciptakan dari api. Di
antara mereka ada yang mengatakan bahwa kedua makna tersebut benar, tetapi
makna pertama lebih sahih karena diperkuat oleh perkataan orang-orang Arab.
Umayyah ibnu Abus Silt dalam syairnya menceritakan anugerah yang dilimpahkan
kepada Nabi Sulaimana.s.:
أَيُّمَا شَاطِنٍ عَصَاهُ عَكَاهُ ... ثُمَّ يُلْقَى فِي السِّجْنِ وَالْأَغْلَالِ
Barang siapa (di antara setan) berbuat
durhaka terhadapnya, niscaya dia (Nabi Sulaiman) menangkapnya, kemudian memenjarakannya
dalam keadaan dibelenggu.
Ternyata
Umayyah ibnu Abu Silt mengatakan syatinin, bukan sya'itin; dan berkatalah
An-Nabigah Az-Zibyani, yaitu Ziad ibnu Amr ibnu Mu'awiyah ibnu Jabir ibnu Dabab
ibnu Yarbu' ibnu Murrah ibnu Sa'd ibnu Zibyan:
نَأَتْ بِسُعَادٍ عَنْكَ نَوًى شَطُونُ ... فَبَانَتْ والفؤادُ
بِهَا رَهِينُ
Kini Su'ad berada jauh darimu, nun jauh
di sana ia tinggal, dan kini hariku selalu teringat kepadanya.
Nabigah
mengatakan bahwa Su'ad kini berada di tempat yang sangat jauh.
Imam
Sibawaih mengatakan bahwa orang Arab mengatakan tasyaitana fulanun (تَشَيْطَنَ فُلَانٌ), artinya "si Fulan melakukan perbuatan seperti
perbuatan setan". Seandainya kata syaitan ini berasal dari kata syata,
niscaya mereka (orang-orang Arab) akan mengatakannya tasyayyata (تشيط). Dengan demikian. dapat disimpulkan bahwa yang benar adalah
lafaz syaitan berakar dari kata syatana yang berarti "jauh". Karena
itu, mereka menamakan setiap orang —baik dari kalangan manusia, jin, ataupun
hewan— yang bersikap membangkang tidak mau taat dengan sebutan
"setan".
Allah
Swt. berfirman:
وَكَذلِكَ جَعَلْنا لِكُلِّ نَبِيٍّ
عَدُوًّا شَياطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلى بَعْضٍ زُخْرُفَ
الْقَوْلِ غُرُوراً
Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112)
Di
dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan dari Abu Zar r.a. yang menceritakan:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَا أَبَا ذَرٍّ، تَعَوَّذْ بِاللَّهِ
مِنْ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ "، فقلت: أو للإنس شَيَاطِينُ؟ قَالَ:
" نَعَمْ "
Rasulullah
Saw. bersabda, "Hai Abu Zar, berlindunglah kepada Allah dari godaan
setan manusia dan setan jin (yang tidak kelihatan)!" Aku
bertanya.”Apakah setan itu ada yang dari kalangan manusia'? 'Beliau menjawab,
"Ya."
Di
dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Abu Zar pula bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
«يَقْطَعُ
الصَّلَاةَ الْمَرْأَةُ وَالْحِمَارُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ» فَقُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْأَحْمَرِ وَالْأَصْفَرِ؟
فَقَالَ: «الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ»
Yang
memutuskan salat ialah wanita. keledai, dan anjing hitam." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah bedanya
antara anjing hitam, anjing merah, dan anjing kuning?' Nabi Saw. Menjawab: anjing
hitam itu adalah setan.
Ibnu
Wahb mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid
ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa Khalifah Umar pernah mengendarai seekor kuda
birzaun. Ternyata kuda itu melangkah dengan langkah-langkah yang sombong, maka
Umar memukulinya, tetapi hal itu justru makin menambah kesombongannya. Umar
turun darinya dan berkata, "Kalian tidak memberikan kendaraan kepadaku
kecuali kendaraan setan, dan tidak sekali-kali aku turun darinya melainkan
setelah aku ingkar terhadap diriku sendiri." Sanad asar ini sahih.
Ar-rajim
adalah wazan fa'il, tetapi bermakna mafid, artinya "setan itu terkutuk dan
jauh dari semua kebaikan", sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam
firman-Nya:
{وَلَقَدْ
زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا
لِلشَّيَاطِينِ}
Sesungguhnya
Kami menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat pelempar setan.
(Al-Mulk: 5)
{إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ
الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ * وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ *
لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلإ الأعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ *
دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ * إِلا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ
شِهَابٌ ثَاقِبٌ}
Sesungguhnya
Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang,
dan (telah memeliharanya) sebenar-benarnya dari setiap setan yang sangat
durhaka. Setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para
malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru, untuk mengusir mereka, dan
bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi, barang siapa (di antara mereka)
yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (Ash-Shaffat: 6-10)
{وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ
بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ * وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ
رَجِيمٍ * إِلا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ}
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang (di langit) dan Kami telah
menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya), dan Kami menjaganya
dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang
dapat didengar (dari malaikat), lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang. (Al-Hijr: 16-18)
Masih
banyak lagi ayat-ayat lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa rajim bermakna
rajam, karena setan merajam manusia dengan godaan dan rayuannya. Akan tetapi.
makna yang pertama lebih terkenal dan lebih sahih.
0 komentar:
Posting Komentar