Home » » IBU

IBU

Written By pp ashshiddiqiyah on Senin, 16 Februari 2015 | 19.09


IBU

Di dalam Islam, orang tua memiliki kedudukan yang mulia terutama kaum IbuRasulullah bahkan telah menegaskan bahwa kedudukan seorang Ibu lebih tinggi dibandingkan kedudukan seorang ayah. Dalam sebuah hadist disebutkan :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" beliau menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu.
Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa hadist tersebut memberikan penjelasan kepada kita bahwa kecintaan dan kasih sayang seseorang terhadap Ibunya harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan kecintaan dan kasih sayang seseorang kepada Ayahnya. Realitas menguatkan pengertian ini :

Pertama : Seorang Ibu dihadapkan pada kesulitan dalam menjalani masa kehamilan. Sembilan bulan kita dikandungnya, kita dibawa-bawa kemana saja, perasaannya bercampur aduk tak hingga, makanan yang tadinya enak dia rasa berubah menjadi tak sedap lagi, mari kita bayangkan jika kita kaum laki-laki ini yang mengalaminya, sanggupkah kita..?

Kedua : Kaum Ibu mengalami kesulitan besar ketika menjalani proses melahirkan. Ibu kita mempertaruhkan nyawa melahirkan kita, rasa sakit yang tak terhingga, roh seakan-akan melewati setiap urat nadinya, tak bisa kita bayangkan sulit dan getirnya yang dihadapi ibu kita.

Ketiga : Kaum Ibu menjalani kesulitan saat menyusui dan merawat anak. Ditengah malam ibu kita terbangun kala kita menangis, kita dibesarkanya dengan penuh kasih sayang, penuh dengan rasa cinta yang melebihi cinta kepada dirinya sendiri, kita diasuh dan dijaganya dari dua jari telapak kaki kita hingga ia menutup mata, mari kita bayangkan jasa-jasa ibu kita. Dan apa yang telah kita berikan kepadanya,?
Mari kita merenung, sampai saat ini balasan apa yang telah kita berikan kepada ibu kita. Bagaimana tutur kata kita kepadanya diusianya yang senja, sudahkah kita mengurus ibu kita sebagaimana ia mengurus kita diwaktu kecil,

۞وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا ٢٣ وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا ٢٤ 

23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"

dan bagi kita yang orang tua kita yang telah terlebih dahulu dipanggil Allah, seberapa sering kita mendoakannya, seberapa banyak sedekah yang kita niatkan untuknya, seberapa sering kita berziarah kemakamnya, mari kita renungkan..?
                                            
Didalam Kitab Adabul Mufrad diceritakan sebuah kisah yang bisa menjadi sebuah ilustrasi betapa kecilnya jasa seorang anak di hadapan Ibundanya. Berikut kisahnya :
'Sesungguhnya diriku adalah tunggangan Ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari'. Sayup-sayup syair pemuda Yaman itu timbul tenggelam di tengah gemuruh talbiyah. Ka'bah yang suci menjadi saksi bagaimana nafasnya tersengal-sengal dalam lelah lantaran di punggungnya terdapat seorang wanita tua. Pemuda yang baik itu memang sangat mencintai Ibunya sehingga ia rela menjadi tunggangan bagi puncak ibadah wanita yang dicintainya itu. Sesudahnya, diiringi keringat yang bercucuran, pemuda yang baik itu mendatangi Ibnu Umar. "Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepada Ibuku?". Ibnu Umar menjawab, "Engkau belum membalas budinya, walaupun hanya setarik nafas yang Ibumu keluarkan ketika beliau melahirkanmu ke dunia

Sebagai anak, kita memang tidak mungkin bisa membalas jasa orang tua terutama jasa Ibu kita kepada anak-anaknya, sehingga Islam hanya mengajarkan untuk sedapat mungkin menghormati dan meninggikan kedudukan orang tua dengan melakukan yang terbaik demi kebahagiaan orang tua terutama Ibu kita.

Begitu pentingnya peran seorang ibu sehingga Islam sangat memperhatikan kaum Ibu. Betapa Islam memuliakan mereka dan kita tidak akan menemukan perhatian dan pengayoman kepada kaum perempuan dalam tradisi dan kebudayaan bangsa-bangsa lain di dunia.




Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Official
Copyright © 2020. PP.ASHSHIDDIQIYAH SIMANDIANGIN - All Rights Reserved
Published by Ponpes Ashshiddiqiyah