Home » » Sifat Ma'nawiyah

Sifat Ma'nawiyah

Written By pp ashshiddiqiyah on Kamis, 08 Januari 2015 | 19.25


قَادِرٌ Qadiran (Yang Menguasai) Mustahil ﷲﭐDzat yang lemah.
Dalilnya yaitu dalil sifat Qudrah.
Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda yang artinya, “Demi Dzat Yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya salah seorang (diantara) kamu telah melakukan amalan penghuni surga. Namun ketika perjalanannya tinggal sehasta lagi, karena ketentuan taqdir bisa jadi dia berbalik melakukan amalan penghuni neraka (su`ul khatimah). Sebaliknya salah seorang (diantara) kamu telah melakukan amalan penghuni neraka. Namun ketika perjalanannya tinggal sehasta lagi, karena ketentuan taqdir bisa jadi dia berbalik melakukan amalan penghuni surga (husnul khatimah), sehingga ia bisa masuk ke dalamnya.”
Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya, “Setiap orang dari kalian, atau setiap jiwa yang bernafas, oleh Allah telah ditentukan tempatnya di surga atau di neraka. Bahkan oleh Allah juga sudah ditentukan apakah dia sebagai orang yang celaka atau orang yang bahagia.” Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita menunggu ketentuan tqdir kita, dan tidak usah beramal?” Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang termasuk golongan bahagia, dia pasti akan mengarah pada amalnya orang-orang golongan bahagia. Dan Siapa yang termasuk golongan celaka, dia juga pasti akan mengarah pada amalnya orang-orang golongan celaka. Beramallah! Setiap kamu dipermudah. Orang-orang golongan bahagia, mereka akan dipermudah untuk melakukan amalnya orang-orang golongan bahagia. Adapun orang-orang golongan celaka, mereka juga akan dipermudah untuk melakukan amalnya orang-orang golongan celaka.”
Lalu beliau membaca surat Al Lail ayat 5-10
“Adapun orang-orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya balasan yang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup (kaya/tidak faqir/tidak membutuhkan Allah atau siapapun), serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.”
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk banyak takut kepada ﷲﭐTa’ala Yang Maha Kuasa.Yang Telah Memberi banyak kebajikan.

مُرِيْدٌ Muridan (Yang Berkehendak/Yang Menentukan).
Mustahil ﷲﭐtidak Menentukan apalagi diatur/ditentukan.
Dalilnya yaitu dalil sifat Iradah.
Bersumber dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata:
Ummu Habibah pernah berdo’a, “Ya Allah, panjangkanlah usia suamiku Rasulullah SAW, juga ayahku Abu Sufyan, dan saudaraku Mu’awiyah.” Rasulullah SAW lalu bersabda kepada isterinya itu, “Itu artinya kamu memohon kepada Allah ajal-ajal yang sudah dibuat, sejarah-sejarah yang sudah ditentukan, dan rizki-rizki yang sudah dibagi. Sedikitpun daripadanya tidak akan dimajukan atau ditangguhkan dari waktunya. Sekiranya kamu memohon kepada Allah agar Dia berkenan melindungimu dari siksa neraka dan siksa kubur, niscaya hal itu lebih baik bagimu.” (HR. Muslim)
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk berdoa kepada ﷲﭐTa’ala atas kebajikan dunia dan akhirat, serta memohon agar dihindari dari keburukan di dunia dan di akhirat..

عَالِمٌAlimun (Yang Mengetahui) Mustahil ﷲﭐDzat Yang jahil (bodoh)
Dalilnya yaitu dalil sifat ‘Ilmu.
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk senantiasa minta pertolongan kepada ﷲﭐTa’ala di dalam setiap hal dan minta agar dipelihara dari setiap kejahatan dunia dan akhirat.

حَيٌّ Hayyun (Yang Hidup) Mustahil ﷲﭐDzat Yang mati.
Dalilnya yaitu dalil sifat Hayah. Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk banyak bertawakkal (berserah diri dalam segala hal) kepada ﷲﭐTa’ala.

سَمِيْعٌ Sami’un (Yang Mendengar). Mustahil ﷲﭐtuli, tidak mendengarkan..
Dalilnya yaitu dalil sifat Sama’.

“Sesungguhnya Aku (berbuat) seperti yang disangka oleh hambaKu. Aku bersamanya ketika ia mengingatKu. Jika ia mengingatKu di dalam hatinya, maka Aku akan Mengingatnya di dalam HatiKu. Jika ia mengingatKu di suatu kumpulan orang, maka Aku akan Mengingatnya di dalam jama’ah yang lebih baik (Allah menceritakan/membanggakan manusia yang berdzikir dan berdo’a di hadapan malaikat). Jika ia mendekati Aku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati Aku sehasta, maka akau akan mendekat padanya sedepa. Jika ia mendekat padaKu sambil berjalan. Maka Aku Mendekat kepadanya dengan bergegas. Sesungguhnya hisabKu sangat cepat.” (Hadits Qudsi)
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk senantiasa memberi pujian kepada ﷲﭐTa’ala dan banyak berdo’a kepadaNya. (Dan berprasangka baik)

بَصِيْرٌ Bashiran (Yang Melihat). Mustahil ﷲﭐYang buta (Yang tidak melihat).
Dalilnya yaitu dalil sifat Bashar. Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk senantiasa banyak malunya kepada ﷲﭐTa’ala Yang Melihatnya ketika ia berbuat dosa atau meninggalkan yang fardhu..

مُتَكَلِّمٌ Mutakalliman (Yang Berkata/Berfirman). Mustahil ﷲﭐDzat Yang tidak berkata/bisu.
Dalilnya yaitu dalil sifat Kalam.
Sebagaiman telah dikatakan, bahwa Al Qur`an itu adalah Kalamullah. Kalamullah adalah Qadim. Sewaktu kita membaca Al Qur`an berarti kita sedang mengucapkan apa yang dikatakan Allah. Maka siapa yang mendengar Al Qur`an hendaknya ia mengucapkan, “Allah”; agar ia ingat bahwa Al Qur`an adalah Kalam Allah, Rabbul ‘alamin. Rasulullah SAAW bersabda, “Barangsiapa ingin berdialog dengan Allah, maka bacalah Al Qur`an.”
Maka patut bagi mu`min mu’taqad untuk senantiasa banyak membaca Qur`an dengan khusyu’, hormat dan penuh ta’zhim dengan tajwid (tartil) dan bukan dengan adu baca qira`ah.


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Official
Copyright © 2020. PP.ASHSHIDDIQIYAH SIMANDIANGIN - All Rights Reserved
Published by Ponpes Ashshiddiqiyah