قِدَمٌ Qidam
(Terdahulu). Mustahil huduts (baru) atau didahului oleh ketiadaan.
هُوَ
الأوَّلُ وَالآخِرُ
Dia
Yang Awal dan Yang Akhir. [Al Hadid (57) : 3]
Tuhan
haruslah yang terdahulu. Tuhan tidak didahului oleh ketiadaan. Sesuatu yang
diawali dengan ketiadaan berarti sifat aslinya adalah tiada. Sedangkan kita
sudah sepakat bahwa Tuhan itu sifat aslinya adalah ‘Ada’. Dia Ada karena Dia
memang Ada, jika diawali ketiadaan, kemudian menjadi Ada, lalu siapa yang membuat
dia menjadi ‘Ada’? Maka yang membuat menjadi ‘ada’ itulah Tuhan, dan Tuhan
tidak mungkin diadakan. Tuhan haruslah Terdahhulu.
Maka
tidak pantas kita menyembah sesuatu yang didahului oleh ketiadaan.
Astrofisikawan terkenal, Hugh Ross menuturkan, “Jika permulaan waktu bersamaan
dengan awal keberadaan alam semesta, seperti dijelaskan teorema-angkasa, maka
penyebab alam semesta harus merupakan kesatuan yang berfungsi dalam suatu
dimensi waktu yang sepenuhnya terpisah, dan sudah ada sebelumnya. Kesimpulan ini
sangat penting untuk pemahaman kita tentang Siapa Yang Tuhan dan siapa/apa yang
bukan Tuhan. Rabb bukanlah alam semesta (makhluq) itu sendiri dan tidak
terkandung dalam alam semesta (baik ruang maupun waktu).”
Dia
tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. [QS. Al-Ikhlash (112): 3]
Dia
Yang Awwal dan Yang Akhir. [QS. Al-Hadid (57) : 3]
Akulah
Yang Awal dan Akulah Yang Akhir, tidak ada Allah selain daripada-Ku. [Yesaya
44: 6]
Allah
itu Wujud (Ada). Itulah Sifat Allah. Sedangkan ‘adam (tiada) bukanlah Sifat Allah.
Allah tidak didahului ketiadaan. Ketiadaan itu ciptaan Allah. Apa yang selain
Allah haqiqatnya (sebenarnya) tidak ada. Allah Ada walaupun makhluq belum
diadakan. Allah bersifat Qidam (Terdahulu). Sedangkan makhluq adalah yang
terkemudian. Manusia dan jin itu tidak ada. Lalu Allah menciptakan keduanya.
Ada yang diciptakan kafir dan ada yang diciptakan mu`min.
Maka
patut bagi mu`min mu’taqad untuk bersyukur kepada Allah‘Azza wa Jalla yang telah menjadikan kita mu`min
dan muslim dengan taufiqNya.
بَقَاءٌ Baqa`
(Kekal). Mustahil binasa (fana) atau dihubungi/mengalami ketiadaan.
وَيَبْقَى
وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
Dan kekal Dzat AllahYang mempunyai Kebesaran dan
Kemuliaan. [Ar Rahman (55) : 27]
Tuhan haruslah kekal, tidak mungkin Tuhan itu sementara.
Allah Ada, Allah adalah Yang Akhir, ketika semua makhluq telah binasa, Allah
tetap Ada. Allah tidak mengalami
sakit, tidak mengantuk, tidak tidur, tidak lelah, apalagi binasa.
Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat
di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan
Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar. [QS. Al-Baqarah (2): 255]
Tidakkah
kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi
dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak
terduga pengertian-Nya. [Yesaya 40:28]
Maka
tidak pantas kita menyembah sesuatu yang mengalami sakit, lelah, apalagi
binasa. Dalam Alkitab dikatakan:
Di
situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih disebabkan perjalanan, sebab itu
ia duduk di pinggir sumur itu. [Yohanes 4: 6]
Sekonyong-konyong
mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditelan gelombang,
tetapi Yesus tidur. [Matius 8: 24]
Disebabkan
alam semesta -termasuk kita- tidak kekal, maka sudah semestinya kita
mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan hari berbangkit.
Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik. (Q.S. Al-A’raf: 56)
Maka
apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari
(ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan
neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun orang yang
melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya
nerakalah tempat tinggal (nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya). (Q.S. An-Naazi’aat: 34-41)
Untuk
memahami tentang semunya alam semesta dan relativitas waktu, kami jelaskan
sedikit disini bahwa alam semesta itu seperti mimpi. Materi hanyalah imajinasi.
Sewaktu kita bermimpi, kita merasa bahwa kita berjalan, bergerak, menyentuh
sesuatu, merasakan sesuatu, mendengar sesuatu; padahal itu hanyalah imajinasi.
Tetapi imajinasi yang kita rasakan dalam ‘alam nyata’ adalah tanda dari apa
yang akan kita alami di alam berikutnya. Apakah kita akan ‘terbangun dari mimpi’ kemudian merasakan ‘mimpi’ indah,
atau kita ‘terbangun dari mimpi’ kemudian merasakan ‘mimpi’ buruk.
Dan
ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya
(menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah
yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan
(Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan
saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami. Maka pada hari itu
seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali
dengan apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Yaa Siin: 51-54)
Pada
hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak
tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.
(Q.S. An-Naazi’aat: 46)
Atau
apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang
(temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali
negeri ini setelah hancur?” Maka
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.
Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya telah
tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu
telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu
yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi
tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia;
dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya
kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata
kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya
yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah: 259)
Allah
bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab:
“Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada
orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi)
melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (Q.S. Al-mu`minun:
112-114)
Dan
mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali
tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah
seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (Q.S. Al-Hajj: 47)
Mungkin
Anda pernah melihat film flora tentang pertumbuhan sebuah benih. Anda melihat
benih itu tumbuh hanya dalam beberapa detik saja hingga ia menjadi tumbuhan
dewasa. Padahal kenyataannya untuk tumbuh menjadi tumbuhan dewasa diperlukan
waktu berminggu-minggu. Ketahuilah bahwa apa yang Anda lihat dalam film itu
adalah peristiwa yang dipercepat. Tetapi si film -seandainya ia dapat merasa
seperti manusia- tidak merasa bahwa ia sedang menjalani percepatan. Ia merasa
normal. Ia merasakan tiap frame dengan normal. Ia merasakan siang dan malam
silih berganti dengan normal. Tetapi itu adalah perhitungan si film. Sedangkan
bagi kita siang dan malam -mulai dari benih hingga menjadi tumbuhan dewasa-
pada si film terjadi hanya dalam waktu beberapa detik. Ternyata perhitungan si
film terhadap dirinya berbeda dengan perhitungan kita terhadap si film.
Allah
Ada. Mustahil tidak ada atau mengalami ketiadaan. Allah Ada walaupun makhluq
tidak ada. Allah adalah Yang Akhir. Allah tidak mengalami sakit, kantuk, tidur,
lelah, apalagi binasa. Sedangkan makhluq tidak ada. Lalu makhluq diadakan.
Maka
patut bagi mu`min mu’taqad untuk ingat bahwa ia akan mati supaya ia
beristighfar dan bertaubat kepada AllahTa’ala.
مُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ
Mukhalafatu
lil hawadits (Berbeda dengan yang baru). Mustahil Allahitu sama dengan yang
baru.
لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
Tiada
yang serupa dengan Dia sesuatu pun. [Asy Syura (42) : 11]
Tuhan
haruslah berbeda dengan alam semesta. Tidak mungkin Tuhan itu sama dengan
ciptaan-Nya. Allah Mahakuasa, sedang makhluk adalah lemah, namun Allah yang
memberi mereka kekuasaan.
Tidak
ada seorang pun yang setara dengan Dia. [QS. Al-Ikhlash (112): 4]
Tiada
yang serupa dengan Dia sesuatu pun. [QS. Asy-Syura (42): 11]
Dia
memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada
berdaya. [Yesaya 40: 29]
Siapakah
seperti Aku? [Yesaya 44:7]
Dengan
mempelajari sifat Allah, maka kita akan melihat betapa Kuasa Allah dan betapa
lemahnya manusia. Kita akan melihat bahwa Allah memang berbeda dengan
makhluqnya.
Maka patut
bagi mu`min mu’taqad untuk bertasbih kepada AllahTa’ala.
قِيَامُهُ تَعَالَى بِنَفْسِهِ
Qiyamuhu
Ta’ala bi Nafsihi (Berdiri AllahTa’ala dengan DiriNya Sendiri). Mustahil Allahtidak berdiri dengan SendiriNya.
إِنَّ
اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya
AllahTa’ala Yang kaya dari
pada alam semesta. [Al Ankabut (29) : 6]
Tuhan
tidak butuh kepada yang lain. Tuhan tidak butuh makan, tidak lapar, tidak haus,
tidak butuh air, tidak butuh udara, tidak butuh alam semesta. Ketakwaan dan kejahatan kita tidak
berpengaruh kepada Kekuasaan dan Kerajaan Allah.
Sesungguhnya
Allah Yang Kaya tidak butuh kepada alam semesta. [QS. Al-Ankabut (29): 6]
Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. [QS. Al-Ikhlash (112) :
2]
Maka
tidak pantas jika kita menyembah sesuatu yang faqir. Tidak pantas kita
menyembah sesuatu yang membutuhkan makanan dari Allah.
Pada
pagi hari dalam perjalanannya ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan ia
melihat pohon Ara, lalu pergi ke situ, tetapi ia tidak menemukan apa-apa pada
pohon itu selain daun-daun saja. [Matius 21: 18-19]
Ayat
Alkitab di atas menunjukkan bahwa Isa itu hanyalah manusia biasa yang merasakan
lapar, dan beliau tidak tahu, kapan musim buah Ara. Faqir (membutuhkan sesuatu
yang selain dirinya) dan tidak tahu bukanlah sifat Tuhan.
Allah
Ada tanpa diciptakan. Tidak ada Tuhan selain Allah. Allah Yang Menciptakan alam semesta. Allah tidak
membutuhkan makhluq. Tetapi makhluq membutuhkan Allah. Allah adalah Yang Kaya,
sedang kita adalah faqir. Ketaqwaan dan kejahatan kita tidak berpengaruh atas
Kekuasaan Allah. Sedangkan makhluq ada dengan diadakan.
Maka
patut bagi mu`min mu’taqad untuk mengutarakan keperluannya hanya kepada Allahsaja.
وَحْدَانِيَة Wahdaniyah (Esa DzatNya dan Esa SifatNya
dan Esa PerbuatanNya). Mustahil berbilang DzatNya atau SifatNya atau
PerbuatanNya.
قُلْ
هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
(Katakanlah
wahai Muhammad) : Allahitu
Esa. [Al Ikhlash (112) : 1]
Tuhan
itu esa, tunggal. Tidak mungkin Tuhan itu berbilang atau terpisah-pisah. Tidak mungkin sebagian dari Tuhan ada di
sorga dan sebagian lagi ada di bumi.
Yesus
menjawab, “Hukum yang terutama adalah ‘Dengarlah wahai orang Israel, TUHAN
Allah kita, TUHAN itu Esa.’” [Markus 12 : 29]
Sepanjang
Perjanjian Baru, Yesus selalu berkata bahwa Tuhan itu Tunggal, tidak pernah
Yesus berkata bahwa Tuhan itu Tritunggal. Bahkan dalam Perjanjian Lama pun,
orang-orang Yahudi itu percaya bahwa Tuhan itu Tunggal, bukan Tritunggal
Dzat,
Sifat dan Perbuatan Allah adalah Esa. Tidak terpisah-pisah. Al Qur`an
adalah Allah. Al Qur`an itu Kalamullah. Kalamullah adalah Qidam. Qidam adalah
Allah. Allah adalah Qidam. Yang selain Allah adalah huduts (terkemudian). Alim
(Mengetahui) adalah Allah. Bashir (Melihat) adalah Allah. Semua Sifat dan
Perbuatan, serta Dzat Allah adalah Tunggal. Berbeda dengan makhluq. Tubuh
manusia diciptakan. Pendengaran manusia diciptakan. Penglihatan manusia
diciptakan. Manusia mendengar dengan
disampaikan suara kepada manusia tersebut oleh Allah. Perbuatan melihat yang
dipunyai manusia diciptakan oleh Allah. Segala sifat manusia seperti bisa
mendengar, bisa melihat, bisa berbicara, itu semua ciptaan Allah (makhluq).
Segala perbuatan manusia seperti mendengar, melihat berbicara, berjalan,
berdiri, beribadah, semua itu diciptakan Allah. Segala goresan hati manusia,
kehendaknya, rencananya adalah makhluq (diciptakan oleh Allah). Bumi diciptakan
oleh Allah. Diputar oleh Allah. Dilipat oleh Allah. Rumah diciptakan oleh
Allah. Ditahan dan diruntuhkan oleh Allah. Semua ciptaan (makhluq) tentu
diciptakan, dan Pencipta (Al Khaliq) hanyalah Allah. Tiada Tuhan selain Allah
Yang Menciptakan alam semesta.
Maka
patut bagi mu`min mu’taqad untuk ingat kepada Perbuatan Allah atas tiap kejadian.
0 komentar:
Posting Komentar