Ta'awwudz
Segolongan ulama ahli qurra dan lain-lainnya mengatakan
bahwa bacaan ta'awwuz dilakukan sesudah membaca Al-Qur'an. Mereka mengatakan
demikian berdasarkan makna lahiriah ayat, untuk menolak rasa 'ujub sesudah
melakukan ibadah. Orang yang berpendapat demikian antara lain ialah Hamzah,
berdasarkan apa yang telah ia nukil dari Ibnu Falufa dan Abu Hatim
As-Sijistani. Hal ini diriwayatkan oleh Abul Qasim Yusuf ibnu Ali ibnu Junadah
Al-Huzali Al-Magribi di dalam Kitabul 'Ibadah Al-Kamil. Ia meriwayatkan pula
melalui Abu Hurairah, tetapi riwayat ini berpredikat garib, lalu dinukil oleh
Muhammad ibnu Umar Ar-Razi di dalam kitab Tafsir-nya dari Ibnu Sirin; dalam
suatu riwayatnya ia mengatakan bahwa pendapat ini adalah perkataan Ibrahim An-Nakha'i
dan Daud ibnu Ali Al-Asbahani Az-Zahiri.
Al-Qurtubi meriwayatkan dari Abu Bakar ibnu Arabi, dari
sejumlah ulama, dari Imam Malik, bahwa si pembaca mengucapkan ta’awwuz sesudah
surat Al-Fatihah. Akan tetapi, Ibnul Arabi sendiri menilainya garib (aneh).
Menurut pendapat ketiga, ta'awwut dibaca pada permulaan
bacaan Al-Qur'an dan pungkasannya. karena menggabungkan kedua dalil.
Demikianlah yang dinukil oleh Ar-Razi.
Akan tetapi, menurut pendapat yang terkenal dan dijadikan
pegangan oleh jumhur ulama, bacaan ta'awwuz hanya dilakukan sebelum bacaan
Al-Qur'an, untuk menolak godaan yang mengganggu bacaan. Menurut mereka, makna
ayat berikut:
فَإِذا قَرَأْتَ
الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al-Qur'an, hendaklah kamu meminta
perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. (An-Nahl: 98)
ialah "apabila kamu hendak membaca Al-Qur'an".
Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman Allah Swt.
lainnya, yaitu:
إِذا قُمْتُمْ
إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ
Apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka basuhlah muka
dan tangan kalian.
(Al-Maidah: 6)
Makna yang dimaksud ialah "bilamana kamu hendak
mengerjakan salat". Pengertian ini berdasarkan hadis yang menerangkan
tentangnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ رَحِمَهُ اللَّهُ:حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْحَسَنِ بْنِ آتَشَ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ
عَلِيٍّ الرِّفَاعِيِّ الْيَشْكُرِيِّ، عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ النَّاجِي، عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم إذا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَاسْتَفْتَحَ صَلَاتَهُ وكبَّر قَالَ:
" سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى
جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ ". وَيَقُولُ: " لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ " ثَلَاثًا، ثُمَّ يَقُولُ: " أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ
الْعَلِيمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزه ونَفْخِه ونَفْثه ".
Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnul Hasan ibnu Anas, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Sulaiman, dari Ali ibnu Ali Ar-Rifa'i Al-Yasykuri, dari Abul Muttawakil
An-Naji. dari Abu Sa'id Al-Khudri yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw: bila
mengerjakan salat di sebagian malam harinya membuka salatnya dengan bertakbir,
lalu mengucapkan: Mahasuci Engkau, ya Allah, dengan memuji kepada Engkau,
Mahasuci asma-Mu dan Maha Tinggi keagungan-Mu: tiada Tuhan selain Engkau.
Kemudian beliau mengucapkan, "Tidak ada Tuhan selain Allah," sebanyak
tiga kali, lalu membaca doa berikut: "Aku berlindung kepada Allah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk, yaitu dari
kesempitan, ketakaburan, dan embusan rayuannya."
Hadis ini diriwayatkan dalam empat kitab Sunan melalui
riwayat Ja'far ibnu Sulaiman, dari Ali ibnu Ali Ar-Rifa'i, Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini paling masyhur dalam babnya. Imam Turmuzi
mengartikan istilah al-hamz dengan makna 'cekikan' atau 'kesempitan', an-nafakh
dengan 'takabur', dan an-nafas dengan makna 'embusan rayuan yang
mendorong seseorang mengeluarkan syairnya'.
Hadis ini sama dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam Abu
Daud dan Ibnu Majah melalui hadis Syu'bah, dari Amr ibnu Murah, dari Asim
Al-Gazzi, dari Nafi' ibnu Jabir Al-Mut'im, dari ayahnya yang menceritakan:
رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ
قَالَ: «اللَّهُ
أَكْبَرُ كَبِيرًا ثَلَاثًا، الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا ثَلَاثًا، سُبْحَانَ
اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ثَلَاثًا، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ»
Aku melihat Rasulullah Saw. bila memulai salatnya
mengucapkan, "Allahu akbar kabiran" (Allah Mahabesar dengan
kebesaran yang sesungguhnya), "Alhamdu lillahi ka'siran"
(segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya), "Subhanallahi bukratan wa
asilan" (Mahasuci Allah di pagi dan petang hari) masing-masing tiga
kali; lalu, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari
setan yang terkutuk, yaitu dari godaannya, sifat takaburnya, dan embusan
rayuannya."
Menurut Umar,
al-hamz artinya kesempitan,
nafakh artinya ketakaburan, dan nafas artinya syairnya yang
batil.
الَ ابْنُ
مَاجَهْ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُنْذِرِ، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضيل،
حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ،
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
" اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، وهَمْزه
وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ ".
قَالَ:
هَمْزُهُ: الْمَوْتَةُ، ونَفْثُه: الشِّعْرُ، ونفخه: الكِبْر
Ibnu Majah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Ali ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah
menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari
Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw.: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada Engkau dari setan yang terkutuk, yakni dari godaan, rayuan, dan
bisikannya.
Ibnu Majah mengatakan bahwa hamzihi artinya
cekikannya, nafkhihi artinya takaburnya, dan nafsihi adalah
syairnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ يُوسُفَ، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ،
عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ رَجُلٍ حَدَّثَهُ: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا
أُمَامَةَ الْبَاهِلِيَّ يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ كبَّر ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: " لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ " ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
"، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ. ثُمَّ قَالَ: " أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq
ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Syarik. dari Ya’la ibnu Ata, dari
seorang lelaki yang menceritakan kepadanya bahwa dia pernah mendengar Abu
Umamah Al-Bahili menceritakan: Apabila Rasulullah Saw. hendak mengerjakan salatnya.
terlebih dahulu membaca takbir tiga kali, lalu mengucapkan, "Tidak ada
Tuhan selain Allah" sebanyak tiga kali, dan "Mahasuci Allah
dan dengan memuji kepada-Nya"sebanyak tiga kali. Setelah itu beliau
berdoa, "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, yaitu
dari godaan, rayuan, dan bisikannya."
وَقَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى الْمَوْصِلِيُّ
فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ أَبَانَ الْكُوفِيُّ،
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ هِشَامِ بْنِ الْبَرِيدِ عَنْ يَزِيدَ بْنِ زِيَادٍ، عَنْ
عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى،
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، قَالَ: تَلَاحَى رَجُلَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَمزّع أَنْفُ أَحَدِهِمَا غَضَبًا، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنِّي لِأَعْلَمُ
شَيْئًا لَوْ قَالَهُ ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ".
Al-Hafiz Abu Ya’la Ahmad ibnu Ali ibnul Musanna Al-Mausuli
mengatakan di dalam kitab Musnad-nya bahwa telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Umar ibnu Aban Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Hisyam ibnul Barid, dari Yazid ibnu Ziad, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari
Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Ubay ibnu Ka'b r.a. yang menceritakan: Ada
dua orang laki-laki beradu janggut (bertengkar) di hadapan Nabi Saw., lalu
salah seorang darinya mencabik-cabik hidung karena marah sekali. Maka
Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui sesuatu;
seandainya dia mengucapkannya, niscaya akan lenyaplah rasa emosinya itu, yaitu,
'Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Imam Nasai di dalam
kitab Al-Yaumu wal Lailah, dari Yusuf ibnu Isa Al-Marwazi, dari Al-Fadl
ibnu Musa, dari Yazid ibnu Abul Ja'diyyah. Hadis ini diriwayatkan pula oleh
Imam Ahmad ibnu Hambal, dari Abu Sa'id, dari Zaidah dan Abu Daud, dari Yusuf
ibnu Musa, dari Jarir ibnu Abdul Hamid; juga oleh Imam Turmuzi dan Imam Nasai di
dalam kitab Al-Yaumu wal Lailah-nya, dari Bandar, dari Ibnu Mahdi, dari
As-Sauri.
Imam Nasai sendiri meriwayatkannya melalui hadis Zaidah ibnu
Qudamah, ketiga-tiganya dari Abdul ibnu Umair. dari Abdur Rahman ibnu Abu
Laila, dari Mu'az ibnu Jabal r.a. yang menceritakan, "Ada dua orang lelaki
bertengkar di hadapan Nabi Saw., lalu salah seorang dari mereka tampak memuncak
emosinya hingga terbayang olehku seakan-akan salah seorang dari keduanya
mencabik-cabik hidungnya karena tiupan amarah, lalu Rasulullah Saw. bersabda:
اسْتَبَّ
رَجُلَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَضِبَ
أَحَدُهُمَا غضبا شديدا حتى يخيل إِلَيَّ أَنَّ أَحَدَهُمَا يَتَمَزَّعُ أَنْفُهُ
مِنْ شِدَّةِ غَضَبِهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنِّي لِأَعْلَمُ كَلِمَةً
لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ ما يجد من الغضب» فقال: مَا هِيَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ، قَالَ: يَقُولُ: «اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ» قال: فجعل معاذ يأمره فأبى
وَجَعَلَ يَزْدَادُ غَضَبًا
'Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui suatu kalimat;
seandainya dia mengucapkannya, niscaya akan lenyaplah amarah yang menguasai
dirinya'.”Mu'az
ibnu Jabal r.a. bertanya, "Apakah kalimat itu, wahai Rasulullah? 'Nabi
Saw. menjawab, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau
dari godaan setan yang terkutuk." Perawi mengatakan, "Lalu Mu'az
memerintahkan orang yang meluap amarahnya itu untuk membacanya, tetapi dia
menolak, akhirnya dia makin bertambah emosi."
Demikianlah lafaz yang diketengahkan oleh Abu Daud. Imam
Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat mursal; dengan kata lain, Abdur
Rahman ibnu Abu Laila belum pernah bersua dengan Mu'az ibnu Jabal karena Mu'az
telah meninggal dunia sebelum tahun 20 Hijriah.
Menurut kami, barangkali Abdur Rahman ibnu Abu Laila mendengar
hadis ini dari Ubay ibnu Ka'b, sebagaimana keterangan yang lalu, kemudian Ubay
menyampaikan hadis ini dari Mu'az ibnu Jabal, karena sesungguhnya kisah ini
disaksikan bukan hanya oleh seorang sahabat.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy,
dari Addi ibnu Sabit yang menceritakan bahwa Sulaiman ibnu Sard r.a. telah
menceritakan:
اسْتَبَّ
رَجُلَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ عِنْدَهُ
جُلُوسٌ فَأَحَدُهُمَا يَسُبُّ صَاحِبَهُ مُغْضَبًا قَدِ احْمَرَّ وَجْهُهُ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «إِنِّي لِأَعْلَمُ كَلِمَةً
لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ لَوْ قَالَ: «أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ»
فَقَالُوا لِلرَّجُلِ أَلَا تَسْمَعُ مَا يَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنِّي لَسْتُ بِمَجْنُونٍ
Ada dua orang laki-laki bertengkar di hadapan Nabi Saw.
Ketika itu kami sedang duduk bersamanya. Salah seorang dari kedua lelaki itu
mencaci lawannya seraya marah, sedangkan wajahnya tampak memerah (karena
emosi). Maka Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar
mengetahui suatu kalimat; seandainya dia mau mengucapkannya. niscaya akan
lenyaplah 'emosi yang membakarnya itu. Yaitu ucapan, 'Aku berlindung kepada
Allah dari godaan setan yang terkutuk'." Maka mereka (para sahabat)
berkata kepada lelaki yang emosi itu.”Tidakkah kamu mendengar apa yang
dikatakan oleh Rasulullah Saw?." Lelaki itu justru menjawab,
"Sesungguhnya aku tidak gila."
Imam Bukhari meriwayatkannya bersama Imam Muslim, Abu Daud.
dan Imam Nasai melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan lafaz yang sama.
Sehubungan dengan masalah isti'azah ini. banyak lagi hadis
yang cukup panjang bila dikemukakan dalam kitab ini. Bagi yang menginginkan
keterangan lebih lanjut, dipersilakan merujuk kepada kitab-kitab "Zikir
dan Keutamaan Beramal".
Telah diriwayatkan bahwa Malaikat Jibril a.s. —pada waktu
pertama kali menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah Saw.— memerintahkannya agar
membaca isti'azah (ta'awwuz). Demikian menurut riwayat Imam Abu Ja'far ibnu
Jarir, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib. telah menceritakan
kepada kami Usman ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Imarah,
telah menceritakan kepada kami Abu Rauq, dari Dahhak, dari Abdullah ibnu Abbas
yang menceritakan bahwa pada waktu pertama kali Malaikat Jibril turun kepada
Nabi Muhammad Saw., ia berkata, "Hai Muhammad, mohonlah perlindungan (kepada
Allah)!" Nabi Saw. bersabda, "Aku memohon perlindungan kepada
Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk."
Kemudian Malaikat Jibril berkata.”Ucapkanlah bismillahir rahmanir rahim."
Selanjutnya Malaikat Jibril berkata lagi, "Bacalah, dengan menyebut nama
Tuhanmu yang telah menciptakan."
Abdullah ibnu Abbas mengatakan. hal tersebut merupakan surat
yang mula-mula diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. melalui lisan
Malaikat Jibril.
Asar ini berpredikat garib. sengaja kami ketengahkan untuk
dikenal, mengingat di dalam sanadnya terkandung kelemahan dan inqita' (maqtu').
Jumhur ulama mengatakan bahwa membaca ta'awwuz hukumnya
sunat, bukan merupakan suatu keharusan yang mengakibatkan dosa bagi orang yang
meninggalkannya. Ar-Razi meriwayatkan dari Ata ibnu Abu Rabah yang mengatakan
wajib membaca ta'awwuz dalam salat dan di luar salat, yaitu bila hendak membaca
Al-Qur'an.
Ibnu Sirin mengatakan, "Apabila seseorang membaca
ta'awwuz sekali saja dalam seumur hidupnya, hal ini sudah cukup untuk
menggugurkan kewajiban membaca ta'awwuz"
Ar-Razi mengemukakan hujahnya kepada Ata dengan makna
lahiriah ayat yang menyatakan, "Fasta'iz (maka mintalah perlindungan
kepada Allah)." Kalimat ini adalah kalimat perintah yang lahiriahnya
menunjukkan makna wajib, juga berdasarkan pengalaman yang dilakukan oleh Nabi
Saw. secara terus-menerus. Dengan membaca ta'awwuz, maka kejahatan setan dapat
ditolak. Suatu hal yang merupakan kesempurnaan bagi hal yang wajib, hukumnya
wajib pula. Karena membaca ta'awwuz merupakan hal yang lebih hati-hati,
sedangkan sikap hati-hati itu merupakan suatu hal yang dapat melahirkan hukum
wajib.
0 komentar:
Posting Komentar