Home » » ISTINJA (Thaharah)

ISTINJA (Thaharah)

Written By pp ashshiddiqiyah on Selasa, 25 November 2014 | 14.05

ISTINJA

Istinja’ berasal dari bahasa arab yang berarti mencari keselamatan . Dan menurut istilah  ilmu fiqih ialah menghilangkan najis yang keluar dari kedua aurat yakni  depan dan belakang dengan memakai air atau batu,  dan hukumnya wajib. Sesuai dengan hadits Rasulullah Saw :
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْغَائِطِ فَلْيَذْهَبْ مَعَهُ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ يَسْتَطِيبُ بِهِنَّ فَإِنَّهَا تُجْزِئُ عَنْهُ
Dari Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian pergi buang air besar, maka hendaklah dia membawa tiga batu untuk dipakai bersuci. Karena yang demikian itu sudah mencukupi. " (HR. Abu Dawud)
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي قُبُورِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ ثُمَّ قَالَ بَلَى كَانَ أَحَدُهُمَا لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَكَانَ الْآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ فَكَسَرَهَا كِسْرَتَيْنِ فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا كِسْرَةً فَقِيلَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا أَوْ إِلَى أَنْ يَيْبَسَا
Telah menceritakan kepada kami 'Utsman berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Mujahid dari Ibnu 'Abbas berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati perkebunan penduduk Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang di siksa dalam kumur mereka. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun berkata: "Keduanya sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan dosa besar." Lalu beliau menerangkan: "Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya lagi disiksa karena suka mengadu domba." Beliau kemudian minta diambilkan sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelah menjadi dua bagian, kemudian beliau menancapkan setiap bagian pada dua kuburan tersebut. Maka beliau pun ditanya, "Kenapa Tuan melakukan ini?" Beliau menjawab: "Mudah-mudahan siksanya diringankan selama dahan itu masih basah.". (H.R. Bukhari )

Berbagai aturan dan hukum tentang istinja ditetapkan dalam syari’at islam , yang mana hal ini bertujuan agar setiap pemeluk agama islam suci dan bersih baik lahir maupun bathin.

Beristinja’ ada tiga cara

1. Cara pertama dengan mengunakan air dan batu, ini merupakan cara yang paling sempurna dan disunahkan karena bisa menghilangkan bekas najis secara keseluruhan.

2. Cara kedua dengan menggunakan air saja, ini merupakan cara yang cukup. Cara ini pernah dilakukan oleh Nabi saw.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  كَانَ رَسُولُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ  يَأْتِي الْخَلاَءَ، فَأَتْبَعَهُ أَنَا وَغُلاَمٌ مِنَ الأَنْصَارِ بِإِدَاوَةٍ مِنْ مَاءٍ فَيَسْتَنْجِي بِهَا (رواه الشيخان)

Sesuai dengan Hadits dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Bahwa Rasulullah saw. pernah memasuki kebun, diikuti olehku dan seorang anak muda yang membawa kendi berisi air, maka beliau beristinja dengan air. (HR Bukhari Muslim)

3. cara ketiga dengan menggunakan batu saja ini merupakan cara yang paling ringan atau sedikitnya.

عَنْ أَبِي هرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ ، فَإِذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْغَائِطِ فَلا يَسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ ، وَلا يَسْتَدْبِرْهَا لِغَائِطٍ وَلا بَوْلٍ ، وَلْيَسْتَنْجِ بِثَلاثَةِ أَحْجَارٍ (الشافعي وأبو داود والنسائي وابن ماجه)
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya aku bagi kamu seperti bapak maka apabila engkau ke WC, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya ketika kencing atau buang air besar dan bersucilah dengan tiga batu” (HR. asy-Syafie, Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Majah).

Dalam hal ini Rasulullah saw melarang istinja’ dengan menggunakan tahi binatang yang kering atau tulang dan melarang beristinja’  dengan tangan kanan.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Official
Copyright © 2020. PP.ASHSHIDDIQIYAH SIMANDIANGIN - All Rights Reserved
Published by Ponpes Ashshiddiqiyah