ISTINJA
Istinja’ berasal dari bahasa arab yang
berarti mencari keselamatan . Dan menurut istilah ilmu fiqih ialah menghilangkan najis yang
keluar dari kedua aurat yakni depan dan
belakang dengan memakai air atau batu, dan hukumnya wajib. Sesuai dengan hadits
Rasulullah Saw :
عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمْ
إِلَى الْغَائِطِ فَلْيَذْهَبْ مَعَهُ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ يَسْتَطِيبُ بِهِنَّ
فَإِنَّهَا تُجْزِئُ عَنْهُ
Dari Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila salah seorang di antara kalian pergi buang air besar, maka
hendaklah dia membawa tiga batu untuk dipakai bersuci. Karena yang demikian itu
sudah mencukupi. " (HR. Abu Dawud)
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ
عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ
فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي قُبُورِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ
ثُمَّ قَالَ بَلَى كَانَ أَحَدُهُمَا لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَكَانَ
الْآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ فَكَسَرَهَا
كِسْرَتَيْنِ فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا كِسْرَةً فَقِيلَ لَهُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا
مَا لَمْ تَيْبَسَا أَوْ إِلَى أَنْ يَيْبَسَا
Telah
menceritakan kepada kami 'Utsman berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir
dari Manshur dari Mujahid dari Ibnu 'Abbas berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam melewati perkebunan penduduk Madinah atau Makkah,
lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang di siksa dalam kumur mereka.
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun berkata: "Keduanya sedang
disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan dosa besar." Lalu beliau
menerangkan: "Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara
yang satunya lagi disiksa karena suka mengadu domba." Beliau kemudian
minta diambilkan sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelah
menjadi dua bagian, kemudian beliau menancapkan setiap bagian pada dua kuburan
tersebut. Maka beliau pun ditanya, "Kenapa Tuan melakukan ini?"
Beliau menjawab: "Mudah-mudahan siksanya diringankan selama dahan itu
masih basah.". (H.R. Bukhari )
Berbagai aturan dan hukum tentang
istinja ditetapkan dalam syari’at islam , yang mana hal ini bertujuan agar
setiap pemeluk agama islam suci dan bersih baik lahir maupun bathin.
Beristinja’ ada tiga cara
1. Cara pertama dengan mengunakan air
dan batu, ini merupakan cara yang paling sempurna dan disunahkan karena bisa
menghilangkan bekas najis secara keseluruhan.
2. Cara kedua dengan menggunakan air
saja, ini merupakan cara yang cukup. Cara ini pernah dilakukan oleh Nabi saw.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ : كَانَ رَسُولُ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي الْخَلاَءَ، فَأَتْبَعَهُ أَنَا
وَغُلاَمٌ مِنَ الأَنْصَارِ بِإِدَاوَةٍ مِنْ مَاءٍ فَيَسْتَنْجِي بِهَا (رواه
الشيخان)
Sesuai dengan Hadits dari Anas bin
Malik ra, ia berkata: Bahwa Rasulullah saw. pernah memasuki kebun, diikuti
olehku dan seorang anak muda yang membawa kendi berisi air, maka beliau
beristinja dengan air. (HR Bukhari Muslim)
3. cara ketiga dengan menggunakan batu
saja ini merupakan cara yang paling ringan atau sedikitnya.
عَنْ أَبِي هرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّمَا أَنَا
لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ ، فَإِذَا ذَهَبَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْغَائِطِ فَلا
يَسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ ، وَلا يَسْتَدْبِرْهَا لِغَائِطٍ وَلا بَوْلٍ ،
وَلْيَسْتَنْجِ بِثَلاثَةِ أَحْجَارٍ (الشافعي وأبو داود والنسائي وابن ماجه)
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya
aku bagi kamu seperti bapak maka apabila engkau ke WC, janganlah menghadap
kiblat atau membelakanginya ketika kencing atau buang air besar dan bersucilah
dengan tiga batu” (HR. asy-Syafie, Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Majah).
Dalam hal ini Rasulullah saw melarang
istinja’ dengan menggunakan tahi binatang yang kering atau tulang dan melarang
beristinja’ dengan tangan kanan.
0 komentar:
Posting Komentar