UWAIS AL-QARNI
Dikenal DILANGIT walau tak terkenal DIBUMI...
Negeri akhirat itu, Kami jadikan
untuk orang-orang yang
tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.
(Qs- Al Qashash : 83)
Abu hurairah
menceritakan dalam suatu majelis, nabi Muhammad Saw berkata kepada
sahabat-sahabatnya : “besok akan datang salah seorang penghuni syurga yang sholat
bersama kamu”. Abu hurairah berkata dalam
hatinya : “aku berharap orang itu adalah aku”. Maka pagi-pagi hari saya
shalat dibelakang Rasulullah dan terus berada didalam majelis walaupun orang
lain segera pulang. Tidak lama kemudian datanglah seorang hamba berkulit hitam
berkain compang-camping datang berjabat tangan dengan Rosulullah sambil berkata
: “ ya Rosulullah, doakan agar aku mati syahid”. Nabi berdoa untuknya.
Setelah itu, orang itu pun pergi. Kami (sahabat) mencium aroma wangi dari
badannya. Kemudian kami bertanya : “siapakah orang itu ya Rosulullah.?”.
Rosulullah menjawab : “dia adalah hamba sahaya dari bani fulan”. Abu
hurairah berkata : “mengapa engkau tidak memerdekakannya.?”. Nabi
menjawab : “bagaimana
saya dapat memerdekakannya, sedangkan Allah telah menjadikannya salah seorang
raja di syurga nanti”. Kemudian Nabi berkata : “ hai abu hurairah, sesungguhnya
Allah sayang kepada makhluknya yang hatinya suci (ikhlas), walau datang dengan
rambutnya kusut, kempis perutnya kecuali dari makanan yang halal, sehingga
apabila dia masuk menghadap raja, dia tidak di izinkan, apabila dia dia akan
meminang wanita bangsawan, tidak akan diterima, bila dia tidak ada maka tidak
akan dicari, bila dia ada maka tidak akan dihiraukan, bila dia sakit tidak
dikunjungi orang, bahkan bila dia mati tidak banyak orang yang melayat kematiannya”.
Sahabat bertanya : tunjukkan
kepada kami seorang dari mereka.?. Nabi menjawab: Uwais Al Qarni, seorang yang berkulit coklat, mempunyai
bahu yang lebar, selalu menundukkan kepala sambil membaca Al Qur’an, tidak
terkenal dibumi tetapi terkenal dilangit, andaikan dia meminta sesuatu kepada
Allah segera dikabulkan. Hai Umar dan Ali, jika kamu bertemu dengannya maka
mintalah kepadanya supaya membaca istighfar untuk kamu.
Uwais Al Qarni adalah seorang
pemuda yang telah masuk islam dimasa Rasulullah, hanya dia masuk islam melalui
dakwah sahabat yang datang ke yaman. Uwais sangat rajin mendalami ilmu agama,
dan melaksanakan ibadah, walaupun dia belum pernah berjumpa dengan Rasulullah.
Dia sangat dapat ingin berkunjung ke madinah untuk berjumpa dengan Rasulullah.
Pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon
izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi kemadinah berjumpa dengan
Rasulullah.
Sang
ibu walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya.
Beliau memahami perasaan Uwais, dan berkata : “pergilah wahai anakku,
temuilah nabi dirumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah kau pulang”.
dengan rasa gembira ia berkemas
untuk berangkat dan tak lupa ia menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan
serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah
berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju madinah yang
berjarak kurang lebih 400 kilometer dari yaman. Medan yang begitu ganas
dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang
dapat menyesatkan dan begitu panas disiang hari, serta begitu dingin dimalam
hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang wajah baginda Nabi Saw
yang selama ini dirindukannya.
Tibalah
Uwais Al Qarni di kota madinah. Segera ia menuju kerumah Nabi Saw, diketuknya
pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a.,
sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin
dijumpainya. Namun ternyata beliau tidak berada dirumah melainkan dimedan
perang.
Betapa
kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya
tak berada dirumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan
Nabi Saw dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang.?, sedangkan masih
terngiang ditelinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia
cepat pulang ke yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Karena ketaatan kepada ibunya,
pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk
menunggu dan berjumpa dengan Nabi Saw. Ia akhirnya dengan sangat terpaksa mohon
pamit kepada sayyidatina ‘aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia
hanya menitipkan salamnya kepada Nabi Saw dan melangkah pulang dengan perasaan
haru.
Sepulangnya
dari perang, Nabi Saw langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang
mencarinya. Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa Uwais Al Qarni adalah anak yang
taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal dilangit).
Mendengar perkataan baginda Rasulullah Saw, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan
para sahabat tertegun. Menurut informasi
dari sayyidatina ‘Aisyah r.a. memang benar ada yang mencari Nabi Saw dan segera
pulang kembali ke yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia
tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah bersabda : “kalau kalian ingin berjumpa
dengan dia (Uwais Al Qarni) perhatikanlah dia mempunyai tanda putih di
tengah-tengah telapak tangannya”. Sesudah itu Rasulullah Saw
memandang kepada sayyidina Ali dan Umar r.a. dan bersabda : “suatu ketika nanti, apabila
kalian bertemua dengan dia, maka segera mintalah doa dan istighfar darinya,
sebab dia adalah hamba yang terkenal oleh penghuni langit, tetapi tidak
terkenal oleh penghuni bumi”.
Tahun
terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi Saw wafat, hingga kekhalifahan
sayyidina Abu Bakar ash-shiddiq r.a. telah diestafetkan kepada khalifah Umar
r.a.
Suatu
ketika khalifah Umar r.a. teringat akan sabda Nabi Saw. Tentang Uwais Al Qarni,
sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan sayyidina Ali k.w. untuk
mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari yaman,
beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, apakah ia turut bersama
mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah yang
sebenarnnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan
kafilah dari yaman menuju syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu
ketika, Uwais Al Qarni turut bersama rombongan kafilah yang datang dari yaman. Segera
khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan apakah Uwais
turut ikut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ikut bersama
mereka, dan sedang menjaga unta-unta mereka diperbatasan kota.
Mendengar
jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais Al Qarni. Sesampainya
dikemah tempat Uwais berada, khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi
salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat.
Setelah
mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil
bersalaman. Sewaktu berjabatan, khalifah Umar r.a. segera membalikkan tangan
Uwais untuk membuktikan kebenaran tanda putin yang berada ditelapak tangan
Uwais, sebagaimana pernah disabdakan Nabi Saw. Memang benar..! dia penghuni
langit. Uwais ditanya oleh kedua tamu tersebut : siapakah nama saudara..? “Abdullah”,
jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “
kami juga Abdulllah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu sebenarnya..?,
uwais kemudian berkata : “ nama saya Uwais Al Qarni”.
Dalam
pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah
sebabnya, ia baru dapat turut ikut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.
Akhirnya, khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan
mendoakan mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah : “ sayalah
yang harus meminta doa kepada kalian “. Mendengar perkataan Uwais, khalifah
berkata : “ kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda”.
Karena desakan kedua sahabat tersebut, Uwais Al Qarni mengangkat kedua
tangannya berdoa dan membacakan istighfar.
Setelah
itu khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari baitul
maal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan
halus dengan berkata : “hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui
orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak
diketahui orang lagi”.
Uwais
Al Qarni bekerja sebagai penggembala kambing, dengan gaji yang diterimanya
setiap hari, segera ia pakai untuk membeli makanan sehari-hari, dan selebihnya
dia sedekahkan kepada faqir miskin. Diamalam hari ia beribadah, disiang hari
dia bekerja dengan amanah yang diberikan tuannya.
Disamping
itu, Uwais Al Qarni mempunyai ghirah membela agama yang tinggi, sehingga apabila
diperlukan untuk berjihad, dia segera meninggalkan pekerjaannya menjawab
panggilan jihad. Sewaktu Ali bin Abi thalib memerangi pemberontakan dizaman
kekhalifahannya, maka Uwais Al Qarni segera bergabung dengan pasukan Ali Bin
Abi Thalib. Tak lama kemudian, Uwais juga ikut dalam peperangan melawan pasukan
romawi, dan akhirnya Uwais Al Qarni mati syahid dalam peperangan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar