Home » » UWAIS AL-QARNI (Menggetarkan Jiwa)

UWAIS AL-QARNI (Menggetarkan Jiwa)

Written By pp ashshiddiqiyah on Kamis, 06 November 2014 | 07.38

UWAIS AL-QARNI
 



Dikenal DILANGIT walau tak terkenal DIBUMI...
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk  orang-orang  yang  tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. (Qs-  Al Qashash : 83)

Abu hurairah menceritakan dalam suatu majelis, nabi Muhammad Saw berkata kepada sahabat-sahabatnya : “besok akan datang salah seorang penghuni syurga yang sholat bersama kamu”. Abu hurairah berkata dalam hatinya : “aku berharap orang itu adalah aku”. Maka pagi-pagi hari saya shalat dibelakang Rasulullah dan terus berada didalam majelis walaupun orang lain segera pulang. Tidak lama kemudian datanglah seorang hamba berkulit hitam berkain compang-camping datang berjabat tangan dengan Rosulullah sambil berkata : “ ya Rosulullah, doakan agar aku mati syahid”. Nabi berdoa untuknya. Setelah itu, orang itu pun pergi. Kami (sahabat) mencium aroma wangi dari badannya. Kemudian kami bertanya : “siapakah orang itu ya Rosulullah.?”. Rosulullah menjawab : “dia adalah hamba sahaya dari bani fulan”. Abu hurairah berkata : “mengapa engkau tidak memerdekakannya.?”. Nabi menjawab : “bagaimana saya dapat memerdekakannya, sedangkan Allah telah menjadikannya salah seorang raja di syurga nanti”. Kemudian Nabi berkata : “ hai abu hurairah, sesungguhnya Allah sayang kepada makhluknya yang hatinya suci (ikhlas), walau datang dengan rambutnya kusut, kempis perutnya kecuali dari makanan yang halal, sehingga apabila dia masuk menghadap raja, dia tidak di izinkan, apabila dia dia akan meminang wanita bangsawan, tidak akan diterima, bila dia tidak ada maka tidak akan dicari, bila dia ada maka tidak akan dihiraukan, bila dia sakit tidak dikunjungi orang, bahkan bila dia mati tidak banyak orang yang melayat kematiannya”. Sahabat bertanya : tunjukkan kepada kami seorang dari mereka.?. Nabi menjawab: Uwais Al Qarni, seorang yang berkulit coklat, mempunyai bahu yang lebar, selalu menundukkan kepala sambil membaca Al Qur’an, tidak terkenal dibumi tetapi terkenal dilangit, andaikan dia meminta sesuatu kepada Allah segera dikabulkan. Hai Umar dan Ali, jika kamu bertemu dengannya maka mintalah kepadanya supaya membaca istighfar untuk kamu.
            Uwais Al Qarni adalah seorang pemuda yang telah masuk islam dimasa Rasulullah, hanya dia masuk islam melalui dakwah sahabat yang datang ke yaman. Uwais sangat rajin mendalami ilmu agama, dan melaksanakan ibadah, walaupun dia belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Dia sangat dapat ingin berkunjung ke madinah untuk berjumpa dengan Rasulullah. Pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi kemadinah berjumpa dengan Rasulullah.
            Sang ibu walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memahami perasaan Uwais, dan berkata : “pergilah wahai anakku, temuilah nabi dirumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah kau pulang”.
            dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa ia menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju madinah yang berjarak kurang lebih 400 kilometer dari yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang dapat menyesatkan dan begitu panas disiang hari, serta begitu dingin dimalam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang wajah baginda Nabi Saw yang selama ini dirindukannya.
            Tibalah Uwais Al Qarni di kota madinah. Segera ia menuju kerumah Nabi Saw, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau tidak berada dirumah melainkan dimedan perang.
            Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada dirumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi Saw dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang.?, sedangkan masih terngiang ditelinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke yaman, “engkau harus lekas pulang”.
            Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi Saw. Ia akhirnya dengan sangat terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya kepada Nabi Saw dan melangkah pulang dengan perasaan haru.
            Sepulangnya dari perang, Nabi Saw langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa Uwais Al Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal dilangit). Mendengar perkataan baginda Rasulullah Saw, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para  sahabat tertegun. Menurut informasi dari sayyidatina ‘Aisyah r.a. memang benar ada yang mencari Nabi Saw dan segera pulang kembali ke yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah bersabda : “kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais Al Qarni) perhatikanlah dia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya”.  Sesudah itu Rasulullah Saw memandang kepada sayyidina Ali dan Umar r.a. dan bersabda : “suatu ketika nanti, apabila kalian bertemua dengan dia, maka segera mintalah doa dan istighfar darinya, sebab dia adalah hamba yang terkenal oleh penghuni langit, tetapi tidak terkenal oleh penghuni bumi”.
            Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi Saw wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-shiddiq r.a. telah diestafetkan kepada khalifah Umar r.a.
            Suatu ketika khalifah Umar r.a. teringat akan sabda Nabi Saw. Tentang Uwais Al Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, apakah ia turut bersama mereka. Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah yang sebenarnnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari yaman menuju syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
            Suatu ketika, Uwais Al Qarni turut bersama rombongan kafilah yang datang dari yaman. Segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan apakah Uwais turut ikut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ikut bersama mereka, dan sedang menjaga unta-unta mereka diperbatasan kota.
            Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais Al Qarni. Sesampainya dikemah tempat Uwais berada, khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan sholat.
            Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, khalifah Umar r.a. segera membalikkan tangan Uwais untuk membuktikan kebenaran tanda putin yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan Nabi Saw. Memang benar..! dia penghuni langit. Uwais ditanya oleh kedua tamu tersebut : siapakah nama saudara..? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “ kami juga Abdulllah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu sebenarnya..?, uwais kemudian berkata : “ nama saya Uwais Al Qarni”.
            Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut ikut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendoakan mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah : “ sayalah yang harus meminta doa kepada kalian “. Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata : “ kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat tersebut, Uwais Al Qarni mengangkat kedua tangannya berdoa dan membacakan istighfar.
            Setelah itu khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari baitul maal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.
            Uwais Al Qarni bekerja sebagai penggembala kambing, dengan gaji yang diterimanya setiap hari, segera ia pakai untuk membeli makanan sehari-hari, dan selebihnya dia sedekahkan kepada faqir miskin. Diamalam hari ia beribadah, disiang hari dia bekerja dengan amanah yang diberikan tuannya.
            Disamping itu, Uwais Al Qarni mempunyai ghirah membela agama yang tinggi, sehingga apabila diperlukan untuk berjihad, dia segera meninggalkan pekerjaannya menjawab panggilan jihad. Sewaktu Ali bin Abi thalib memerangi pemberontakan dizaman kekhalifahannya, maka Uwais Al Qarni segera bergabung dengan pasukan Ali Bin Abi Thalib. Tak lama kemudian, Uwais juga ikut dalam peperangan melawan pasukan romawi, dan akhirnya Uwais Al Qarni mati syahid dalam peperangan tersebut.


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Official
Copyright © 2020. PP.ASHSHIDDIQIYAH SIMANDIANGIN - All Rights Reserved
Published by Ponpes Ashshiddiqiyah